Remember when place it
Sore itu aku sedang duduk di sebuah restoran bergaya
vintage. Lamunanku terpecah oleh seorang waiter yang membawa Coffe Late pesananku tadi. Hari itu adalah hari yang
istimewa karena aku sedang menunggunya. Di tempat itu pula dulu dia berpamitan
untuk meninggalkanku selama satu tahun, dan dia
berjanji sebelum pergi, dia berkomitmen tak akan ada seorang cwe yang mengisi
kehidupannya, karena dia ingin fokus dengan kegiatan organisasinya. dia mengatakan jika tuhan berkehendak dia akan
kembali untukku di
tempat yang sama dan di waktu yang sama. Aku harap dia tak melupakannya dan tak
membuatku kecewa.
Sudah dua puluh menit aku menunggu, kurasa itu belum
lama, aku masih tetap berharap dia akan ada disini bersamaku untuk sekedar menyesap
kopi dan bercanda seperti yang terjadi satu tahun yang lalu, berceritia tertawa
hingga merujuk keperdebatan.
Teringat suatu hari perdebatan kecilku dengannya hingga berujung perpisahan
ini. Aku menanyakan padanya soal kejelasan hubungan kita,
Aku lelah menjadi orang yang tak pernah diakui oleh keluarganya, aku sangat
ingin sekali mengenal keluarganya dengan dekat.
“Sesekali merenunglah, apa yang sudah kau lakukan kepadaku ? Bagaimana
rasanya mencintai seseorang yang tak pernah diterima ?? Bagaimana rasanya
mencintai seseorang yang hanya ingin mempermainkan perasaanmu ? atau bagaimana
rasanya mencintai seseorang yang meragukan perasaanmu ?? itu yang kurasakan
selama ini kurasakan saat menjalin hubungan denganmu,” Jelaskan padaku pada
bagian mana aku bersalah padamu ?? “
Secercah pertanyaan itulah yang kulemparkan padanya, hingga membuatnya
marah dan memutuskan pergi. Waktu itu bulan puasa, suasana yang gembira berubah
biru dalam sekejap, kesedihan dan tumpahan air mata tak mampu kutahan walaupun
di depannya. Aku sangat mengharapkannya, dan begitu mencintainya. Bahkan sampai
saat ini genap satu tahun lebih dia meninggalkan ku, aku masih terus berharap
dan menunggunya
Ketika aku sedang asik melamun, tiba-tiba seseorang menyapaku memecahkan lamunanku tentang nya ,
mereka Sintia dan Angelina, teman SMA ku dulu.
Rupanya mereka sudah lama disitu, bahkan sudah mau pulang. Bodohnya aku tak
memperhatikan sekitar. Mereka hanya sebentar menyapaku, kemudian pamit pulang
karena harus menjemput anak laki-lakinya dari les.
Aku menunduk melihat jam tangan, sudah satu jam aku
menunggu. Langit semakin redup. Aku merasakan getaran dalam tasku, ternyata ada
pesan masuk di ponselku. Kubuka lalu kubaca, “pelanggan yang terhormat, nomor
anda sudah memasuki masa tenggang, segera isi pulsa untuk memperpanjang masa
aktif anda”. Oh Tuhan… semakin galau kurasa, semakin kecewa, kukira itu pesan
darinya.
Aku mencoba mengingat-ingat kembali masa-masa ketika bersamanya.
Ketika kami bercanda, ketika kami menggila, ketika kami sok romantis, dan
ketika kami sedang marahan. Bersamnya dunia serasa penuh warna, penuh kejutan,
dan penuh harapan seperti yang kurasakan saat ini, semoga saja tidak berkhir
dengan penuh kekecewaan. Stop! positif thinking
Kebetulan waktu itu aku sedang duduk di tempat biasa aku duduk, dilantai atas jadi aku bisa melihat orang berlalu lalang,
dan bermain bersama. Kebetulan Caffe itu depannya adalah alun-alun, jadi sore
hari hingga malam terasa ramai.
Oh sudah malam ternyata, kembali melihat sang waktu,
jam tangan menunjukan pukul 18.30. Tuhan, aku sudah menunggu di sini satu
setengah jam, apa yang harus aku lakukan? jika aku tetap menunggu di sini ada
dua kemungkinan yang akan terjadi, kecewa atau bahagia. Semakin lama aku
menunggu semakin dahsyat pula kekecewaan yang akan kurasakan jika dia memang
tak datang, dan semakin lama aku menunggu disini maka semakin besar rasa
bahagia jika dia tiba-tiba datang untuk menghapus semua rasa lelahku saat itu.
Setengah jam aku dilema antara memilih pulang dengan tangisan atau bertahan
dengan harapan palsu. Ya sudahlah… aku pulang saja, mungkin Dia memang tak akan
pernah kembali, mungkin dia sudah bahagia bersama kekasihnya yang baru. Dan waktunya aku kembali kedunia nyata, dan harus menerima kalau dia segera
menikah dengan kekasih pilihannya.
Kini
kuhanya bisa membayangkan membaca susunan aksara yg kau rangkai penuh makna
tanpa sanggup ku menyapa dan hanya bisa mengenangmu dalam dukakini kau telah
pergi tanpa kau peduli tentang perasaanku kau pergi dengan keangkuhanmu kau tinggalkan cerita dan kenangan yg hanya
kan rapuh ditelan waktu dan sisa-sisa
usiaku haruskah air mata ini mengalir disetiap
waktu haruskah kuhentikan detak jantung dan nadiku untuk merindukan mu dan
haruskah nyawa ini terpisah dari ragaku karena cintamu
Cinta yang kau tawarkan penuh dusta…………
semua
telah sirna sisakan luka seiring waktu tercipta
bersama sebuah cerita tak nyata
dan kurasa hanyalah hina ♠♠ saat terucap sebuah janji tuk setia
dijadikan sebagai topeng tuk menutupi ungkapan yang sebenarnya pergilah jauh
wahai cinta penuh dusta takkan pernah lagi ku harapkan hadirmu ♠♠
meski mungkin kau cukup sempurna dan
pergilah jauh wahai cinta pemberi duka tiada terkira ♣♣ kini ku kan melangkah mencari dermaga
sbenarnya perahu cinta dengan sisa nafas jiwa yang
ada selamat tinggal wahai cinta penuh pesona diatas semua perih ini kan kembali ku merajut sebuah kisah tanpa
harus kembali ku tersiksa.
Dan masih kutunggu dirimu duduk dsini, disampingku |
Komentar
Posting Komentar